Sikap Politik Pasangan Dandan-Arif Dipertanyakan, Apakah Terlalu Labil?




Bandung, Pojok Politik – Pasangan Dandan Riza Wardana dan Arif Wijaya, yang baru-baru ini mencalonkan diri sebagai kandidat dalam Pilkada Bandung 2024, kembali menjadi pusat perhatian publik. Namun, bukan karena program-program unggulan mereka, melainkan sikap politik mereka yang dianggap labil dan berubah-ubah. Sejumlah pengamat politik dan masyarakat mulai mempertanyakan konsistensi pasangan ini dalam bersikap terhadap isu-isu krusial yang dihadapi kota Bandung.


Dari awal pencalonan mereka, Dandan dan Arif memposisikan diri sebagai pasangan yang membawa semangat perubahan dan pembaharuan. Mereka mengusung visi Bandung yang lebih maju, modern, dan berkeadilan sosial. Namun, belakangan, muncul kritik bahwa sikap mereka kerap berubah tergantung pada tekanan politik dan opini publik. Hal ini terlihat dalam beberapa isu strategis yang mencuat selama masa kampanye.


Salah satu contohnya adalah pandangan mereka terhadap pembangunan infrastruktur skala besar di kota Bandung. Awalnya, pasangan ini dengan tegas mendukung rencana pembangunan pusat perbelanjaan dan *flyover* di beberapa kawasan padat, yang dianggap sebagai solusi jangka panjang terhadap kemacetan dan pertumbuhan ekonomi. Namun, setelah mendapat protes dari aktivis lingkungan dan masyarakat sekitar, pasangan ini tiba-tiba mengubah sikapnya dengan menunda dukungan terhadap proyek tersebut.


"Kami akan mengkaji ulang proyek ini untuk memastikan dampak lingkungannya lebih diperhatikan," ujar Dandan dalam salah satu kampanye publik. Meski hal ini diapresiasi sebagian masyarakat, banyak pula yang menilai keputusan tersebut menunjukkan inkonsistensi dan kurangnya ketegasan visi pasangan ini.


Isu lainnya adalah mengenai program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dalam debat politik, Arif Wijaya sempat mempromosikan kebijakan pro-UMKM yang akan memprioritaskan usaha kecil dan menengah untuk menerima bantuan modal serta akses pasar. Namun, hanya beberapa minggu kemudian, pasangan ini mendapat kritik setelah diketahui menjalin hubungan politik dengan beberapa perusahaan besar yang dituding merugikan pengusaha kecil lokal.


Pengamat politik, Budi Santoso, menilai bahwa pasangan Dandan-Arif menghadapi dilema antara mendengarkan suara publik dan mempertahankan komitmen mereka kepada kelompok-kelompok politik serta ekonomi yang menjadi pendukung utama kampanye mereka. “Sikap politik yang berubah-ubah ini tentu akan berpengaruh pada kredibilitas mereka. Masyarakat butuh pemimpin yang konsisten dan tidak goyah oleh tekanan dari berbagai pihak,” ujar Budi.


Sementara itu, beberapa pendukung Dandan dan Arif membela bahwa perubahan sikap ini menunjukkan bahwa pasangan tersebut peka terhadap aspirasi rakyat. “Mereka tidak keras kepala. Jika ada masukan yang lebih baik, mereka mau mendengarkan. Itu bukti pemimpin yang fleksibel,” ujar salah satu simpatisan dalam sebuah diskusi politik.


Namun, bagi sebagian besar masyarakat Bandung, sikap politik pasangan ini terus menjadi tanda tanya besar. Apakah perubahan-perubahan yang mereka buat adalah bentuk adaptasi yang sehat, atau justru menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk memimpin dengan visi yang jelas dan teguh?


Dengan Pilkada yang semakin dekat, Dandan Riza Wardana dan Arif Wijaya perlu segera meyakinkan publik bahwa mereka adalah pasangan yang bisa diandalkan dan konsisten dalam mengambil kebijakan strategis untuk masa depan kota Bandung. Apakah mereka mampu menjawab keraguan publik, atau justru terus terjebak dalam polemik sikap politik yang dianggap labil? Jawaban atas pertanyaan ini mungkin akan menentukan nasib mereka dalam kontestasi politik yang semakin sengit.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama