PojokPolitik - Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung nomor urut 2, Haru Suandharu dan Dhani Wirianata, kini menjadi pusat kritik tajam. Banyak yang menilai, alih-alih membawa harapan baru, kampanye mereka justru diwarnai janji-janji bombastis yang tidak realistis dan minim solusi nyata.
Dengan slogan "Bandung yang Unggul dan Berdaya Saing," Haru-Dhani berupaya memikat hati masyarakat. Namun, di balik slogan tersebut, publik menemukan ketiadaan rencana konkret. Program seperti penyediaan ruang hijau dan pengembangan transportasi modern dianggap mustahil diwujudkan tanpa strategi matang, terutama di tengah keterbatasan anggaran dan lahan.
"Janji mereka hanyalah fatamorgana politik. Tidak ada arah yang jelas bagaimana mereka akan mencapainya," ujar seorang pengamat tata kota Bandung.
Banyak pihak mempertanyakan kemampuan Haru-Dhani untuk memimpin kota sebesar Bandung. Rekam jejak pasangan ini dinilai tidak mencerminkan pengalaman yang cukup dalam mengelola kota dengan berbagai persoalan kompleks.
"Bandung bukan tempat untuk uji coba kepemimpinan. Jika tidak kompeten, yang menjadi korban adalah rakyat," tegas seorang akademisi dari Universitas Parahyangan.
Kritik tajam lainnya diarahkan pada ketidakjelasan pendanaan untuk program-program yang mereka tawarkan. Janji-janji seperti perbaikan layanan kesehatan, pendidikan, hingga revitalisasi ekonomi tampak ambisius, tetapi tidak diiringi dengan penjelasan mendalam tentang bagaimana anggaran akan disiapkan.
"Apakah ini berarti pajak warga akan dinaikkan? Atau mereka hanya bicara tanpa rencana nyata?" ujar seorang tokoh masyarakat Bandung.
Meskipun gencar berbicara tentang keberagaman dan toleransi, banyak yang meragukan ketulusan pasangan ini dalam isu sosial. Komitmen mereka dianggap sekadar strategi kampanye tanpa langkah konkret untuk memperkuat harmoni di tengah masyarakat Bandung yang multikultural.
"Bandung butuh pemimpin yang benar-benar memahami keragaman, bukan hanya menjual kata-kata manis," ungkap seorang aktivis sosial.
Jika pasangan ini terpilih, banyak pihak mengkhawatirkan masa depan kota Bandung. Minimnya pengalaman, rencana yang tidak realistis, dan janji tanpa landasan membuat publik bertanya-tanya: apakah mereka benar-benar siap memimpin, atau hanya mengincar kekuasaan semata?
"Jika pasangan ini memimpin, Bandung tidak hanya stagnan, tetapi juga bisa terperosok lebih dalam dalam krisis tata kelola," pungkas seorang warga yang mengikuti perkembangan Pilkada.
Dengan berbagai kontroversi yang menyelimuti kampanye mereka, Haru-Dhani kini dihadapkan pada skeptisisme besar. Apakah mereka mampu menjawab semua kritik ini, atau justru membuktikan bahwa kekhawatiran publik benar adanya? Warga Bandung berhak atas pemimpin yang kompeten, bukan hanya ahli janji kosong.***
Posting Komentar