Bandung, PojokPolitik – Debat terakhir Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Bandung 2024 yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung di The Trans Luxury Hotel, Selasa malam (19/11), diwarnai insiden tak terduga. Pasangan calon (paslon) nomor urut 3, Farhan-Erwin, menjadi sorotan setelah calon wakil wali kota, Erwin, melontarkan kata kasar yang dianggap tidak pantas di forum publik.
Insiden tersebut terjadi pada sesi kelima debat yang membahas Pelayanan dan Infrastruktur Kesehatan Erwin menggunakan kata “paeh” (yang berarti mati dalam Bahasa Sunda kasar) saat menyampaikan argumennya mengenai akses program Universal Health Coverage (UHC).
"Kalau sudah mau paeh, bisa langsung masuk IGD rumah sakit dengan menunjukkan KTP melalui SKTM atau kartu keluarga," ucap Erwin.
Pernyataan ini langsung menuai kritik dari paslon lainnya dan masyarakat yang menyaksikan siaran langsung debat di televisi nasional. Kata kasar tersebut dianggap tidak mencerminkan etika seorang calon pemimpin dan dinilai melukai perasaan masyarakat yang menjadi audiens utama acara tersebut.
Pasangan Sendiri Kecewa
Pasangan Erwin, Muhammad Farhan, tampak terganggu dengan pernyataan tersebut. Ia segera mengambil langkah klarifikasi di tengah debat.
"Mohon maaf, wakil saya terprovokasi sehingga ada kata kasar yang seharusnya tidak diucapkan untuk manusia. Sebaiknya digunakan istilah meninggal dunia," ujar Farhan, mencoba meredam situasi.
Namun, insiden ini terlanjur menciptakan suasana tidak nyaman, baik di arena debat maupun di ruang publik yang ramai memperbincangkannya melalui media sosial.
Kritik Tajam dari Kompetitor
Paslon lain tidak melewatkan kesempatan untuk mengkritik kejadian ini. Salah satu paslon menyebut bahwa seorang pemimpin harus bisa menjaga tutur kata, terutama dalam forum resmi yang disiarkan ke khalayak luas.
“Sebagai pemimpin, kita dituntut untuk bijaksana dalam berkata-kata. Apa yang disampaikan mencerminkan kualitas kepemimpinan kita. Kalau dalam debat saja tidak bisa menjaga ucapan, bagaimana nanti saat memimpin?” sindir salah satu paslon.
Respons Publik: Pemimpin Tanpa Empati
Pernyataan kasar Erwin memicu kemarahan publik, terutama di media sosial. Banyak warga Bandung yang merasa kecewa karena debat yang seharusnya menjadi ruang edukasi dan adu gagasan malah diwarnai insiden yang mencerminkan kurangnya empati terhadap masyarakat.
"Debat ini bukan hanya ajang kampanye, tapi juga cerminan kualitas pemimpin. Kata-kata seperti itu tidak pantas," tulis salah satu pengguna Twitter.
KPU: Debat Harusnya Jadi Contoh Baik
Ketua KPU Kota Bandung, Siti Nuraini, menyayangkan insiden ini dan mengingatkan pentingnya menjaga etika dalam debat publik.
"Kami berharap semua pasangan calon dapat menjaga komitmen untuk memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Debat ini dirancang untuk mendidik pemilih, bukan menciptakan kontroversi," tegasnya.
Pilihan Ada di Tangan Masyarakat
Dengan insiden ini, masyarakat Kota Bandung dihadapkan pada pilihan yang semakin jelas. Paslon yang mampu menjaga emosi dan berbicara santun tentu menjadi harapan untuk memimpin kota ini ke arah yang lebih baik. Hari pemungutan suara pada 27 November 2024 akan menjadi penentu apakah publik memberikan kepercayaan mereka kepada kandidat yang benar-benar mencerminkan kepemimpinan beretika.***
إرسال تعليق